"KEMBALINYA PARA PASUKAN HUJAN"

KAYUAGUNG RADIO - 'The rain ini adalah band pop yang perjalanannya nggak pop! Ya, ada saatnya The Rain bisa menjadi sumber kehidupan, kadang tidak. Tapi mimpinya masih sama. Akhirnya kami sepakat, ini jadi duit atau nggak jadi duit pokoknya kami jalankan saja band ini,” ujar Indra Prasta, vokalis The Rain, sambil tertawa.

Itulah jawaban Indra saat ditanya bagaimana ia melihat perjalanan grup yang dibentuknya bersama drummer Aang Anggoro, bassist Ipul Bahri dan gitaris Iwan Tanda, sepuluh tahun yang lalu di Yogyakarta. Untuk merayakan dan memperingati satu dekade perjalanan mereka, The Rain merilis album terbaru yang diberi judul Jingga Senja dan Deru Hujan, pada Maret lalu. Album tersebut digarap selama tiga tahun sejak album studio keempat mereka, Perjalanan Tak Tergantikan, dirilis pada 2009.

The Rain bercerita kepada Rolling Stone bahwa tur yang mereka jalani sebelum mengerjakan album Jingga Senja dan Deru Hujan menjadi faktor yang menyebabkan album tersebut harus sedikit tertunda dari target yang ditentukan.

“Tahun lalu anak-anak dapat tur, ke sekitar 40 titik. Turnya sambung-menyambung dan melelahkan, akhirnya pengerjaan tertunda setengah tahun. Dan kalau tertunda setengah tahun belum produksi, tertunda-nya bisa lebih lama dari itu,” imbuhnya.

Di antara lagu-lagu ciptaan The Rain di dalam Jingga Senja dan Deru Hujan, terdapat lagu lawas “Sepanjang Jalan Kenangan”. Lagu yang dipopulerkan oleh Tetty Kadi tersebut juga dipilih The Rain sebagai single pertama untuk album tersebut. Mereka mengaku bahwa sejak tujuh tahun yang lalu “Sepanjang Jalan Kenangan” selalu diputar sebelum The Rain naik ke atas panggung.

Setelah mereka merasa bahwa lagu tersebut mendapatkan respon yang sangat bagus untuk dijadikan gimmick sebelum mereka tampil, akhirnya The Rain mencoba membawakan lagu tersebut secara langsung dengan ciri khas mereka dan kemudian memutuskan untuk memasukkannya ke dalam album terbaru.

“Sebenarnya momen satu dekade The Rain sih, akhir tahun lalu. Jadi liriknya itu seperti refleksi perjalanan kami,” tutur Indra.

The Rain Keepers (sebutan untuk penggemar The Rain) ditunjuk oleh band yang mempunyai hit “Jangan Pergi” tersebut sebagai alasan mengapa mereka tetap menjalani dan berkarya di bawah nama The Rain. Indra bercerita bahwa selain membantu mempromosikan album-album The Rain, The Rain Keepers juga tetap setia menonton dan membeli album mereka yang asli.

“Saat manggung di Semarang, ada penggemar yang datang dari Solo naik motor, ada yang dari Kebumen naik bus. Ada juga yang datang sudah bawa anaknya, karena saat kami awal-awal (menjalani The Rain) dia masih kuliah, sekarang sudah bawa suaminya, terharu banget,” kenang Indra.

Karena The Rain Keepers juga, The Rain mengaku berusaha untuk tetap kompak dan tidak berselisih secara lama yang bisa menyebabkan perpecahan.
“Nomor satu yang harus terpikirkan kalau ada pun, itu pasti, ‘Dulu aku sama dia susahnya bareng kok, kenapa harus mengorbankan band ini?’,” cerita Ipul.
Sedangkan Aang menganggap karena masing-masing personel memiliki pekerjaan yang berbeda satu sama lain, itu malah membuat mereka tidak bosan dan jenuh ketika kembali berkumpul atau latihan.
“Jadi banyak yang bisa diceritakan, (karena) The Rain itu bukan band yang ke mana-mana selalu kumpul bersama-sama,” kata Aang.

Wawancara Rolling Stone dengan The Rain diakhiri dengan membahas nama band mereka. Entah berhubungan atau tidak, tetapi nama band mereka yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah ‘hujan’, menyebabkan hubungan mereka dekat dengan hujan secara harfiah. The Rain teringat bahwa mereka sempat membuat banyak event organizer (EO) takut mengundang mereka jika membuat acara di ruangan terbuka.
Ketakutan EO tersebut sebenarnya cukup beralasan, karena beberapa penampilan The Rain yang dilakukan outdoor, kerap mengundang awan mendung yang kemudian membuat air berjatuhan dari langit. Dan sialnya, penampilan The Rain saat hujan tersebut – secara kebetulan – sering dilliput oleh infotainment, dan menyebabkan rumor tersebar luas.

“Sebenarnya kami nggak pesimistis, kami juga sering main kepanasan kok. Tapi kami diliputnya pas lagi hujan-hujannya. Apes memang,” kenang Iwan sambil tertawa.
Diberdayakan oleh Blogger.