INDRA LESMANA, LIKE FATHER LIKE SON

KAYUAGUNG RADIO - Bagi para penggermar musik jazz di Indonesia tentunya sudah akrab dengan nama Indra Lesmana. Indra Lemana yang merupakan ikon modern jazz Indonesia adalah pianis jazz merangkap composer, arranger, dan juga produser. Musisi yang lahir 46 tahun lalu di Jakarta merupakan anak dari Jack Lesmana dan Nien Lesmana. Bakat musik Indra Lesmana banyak didapat dari kedua orang tuanya. Nien Lesmana merupakan penyanyi pop Indonesia pada era 50an. Sedangkan Jack Lesmana merupakan legenda multi instrumentalis musik jazz Indonesia yang telah dianggap sebagai took dalam sejarah dunia musik Indonesia.

Indra memulai karir musiknya semenjak usia 10 tahun dan merilis album pertamanya pada usia 12 tahun dengan judul “Ayahku Sahabatku”. Album tersebut dibuat sebagai bentuk ekspresi cintanya kepada ayahnya, dan juga sebaliknya. Baginya, Jack Lesmana tidak hanya mampu memainkan peran sebagai ayah dengan baik. Namun juga bisa menjadi sahabatnya dalam bermusik. Pada tahun 1978, Indra Lesmana bersama ayahnya tampil dalam pekan budaya ASEAN Trade Fair di Australia. Dengan dukungan Dari Jack dalam kesempatan itu pula Indra memberanikan diri untuk mengikuti ujian masuk Conservatorium of Music, dan berhasil. Bahkan Indra mendapatkan beasiswa penuh untuk menuntut ilmu di New South Wales Conservatorium of Music yang merupakan sekolah musik tertua dan paling bergengsi di Australia.

Selama bersekolah di sana Indra banyak belajar dari musisi-musisi jazz kenamaan Australia. Saat masih di Australia, ia bersama ayahnya membentuk band bernama Jack and Indra Lesmana Quartet bersama Karim Suweileh dan James Morisson hingga merilis album “Children of Fantasy”. Saat hijrah ke Amerika Serikat pada tahun 1985, Indra Lesmana merilis dua album debut internasionalnya, “No Standing” dan “Earth and Heaven” di bawah naungan label Zebra Records. Tanpa disangka dua single dari kedua album tersebut berhasil menduduki urutan atas Billboard Charts untuk jazz di Amerika Serikat. Warna musik jazz yang diciptakannya banyak mendapat pengaruh dari John Coltrane, Miles Davis, dan Charlie Parker.

Pengalaman Indra Lesmana sebagai produser album juga sudah tidak diragukan lagi. Selama ini ia telah membantu produksi lebih dari 20 album dari musisi ternama Indonesia, seperti The Groove, Maliq & D'Essentials, Andien, Donny Suhendra, Rika Roeslan, Delon, Simak Dialog, Chlorophyl, Dewa Budjana, Humania, Ermy Kulit, dan masih banyak lagi. Pada tahun 2006 Indra bersama istrinya, Hanny Trihandojo Lesmana, membangun label rekaman musik jazz independen bernama Inline Music berserta studionya, Inline Studio.

Hingga saat ini Indra Lesmana telah menghasilkan setidaknya 60 buah album dan ratusan lagu. Dan tentunya sudah berkolaborasi dengan banyak musisi khususnya jazz, baik musisi internasional maupun nasional. Salah satunya adalah kolaborasi dengan Barry Likumahuwa (piano) dan Sandy Winarta (drum) dengan nama grup LLW yang dibentuk pada tahun 2010. Bersama LLW, Indra Lesmana pernah tampil dalam sebuah klub jazz prestisius, Blue Note, di Tokyo. Blue Note merupakan klub jazz yang bercikal bakal di Amerika Serikat dan kini memiliki cabang di Italia dan Jepang.

Dalam pargelaran jazz tahunan Java Jazz Festival kemarin, selain tampil bersama LLW Indra Lesmana juga tampil berkolaborasi dalam special project, Tribute to Herbie Hancock. Di atas panggung tersebut ia kembali berkolaborasi dengan sejumlah musisi, seperti Dwiki Darmawan, Steve Thomson, Maurice Brown, dan musisi international lainnya menyajikan perpaduan musik jazz dan musik tradisional Indonesia. Bahkan Indra turut menggaet Saung Mang Udjo untuk menambah semarak pertunjukkan malam itu.

Dengan sekian banyak pengalaman dan prestasinya hingga saat ini, Indra Lesmana pernah dipercaya untuk menjadi salah satu juri sebuah ajang pencarian bakat, Indonesian Idol. Indra Lesmana juga disebut-sebut sebagai motivator yang hebat dalam dunia musik Indonesia. Maka benarlah kata pepatah yang menyatakan bahwa, like father like son.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.