Kabupaten OKI Berpeluang Pertahankan Adipura ke 8

Kayuagung - Ada yang berbeda dari penilaian Adipura Tahun ini. Perbedaan antara lain pada penetapan kriteria, Pemantauan fisik yang dilakukan pada seluruh wilayah perkotaan serta inovasi kepala daerah dalam pembangunan lingkungan yang berkelanjutan.

Melalui proses penilaian yang panjang, hanya sedikit kota yang masuk nominasi penilaian. Di Sumatera Selatan, hanya lima kabupaten/kota yang masuk nominasi, yaitu Lahat, Palembang, Prabumulih, Muaraenim dan Kayuagung OKI.

Sebagai salah satu kota nominator Adipura 2015, Bupati OKI, Iskandar, SE diminta menyampaikan paparan tentang pengelolaan sampah dan lingkungan hidup di hadapan dewan KLH di Hotel Aryaduta, Tugu Tani, Jakarta pada Rabu, (4/10) kemarin.

Bupati OKI, Iskandar saat menyampaikan paparannya mengatakan prinsip dalam melaksanakan Adipura, adalah tetap terciptanya suasana Kota Kayuagung yang layak huni.

”Bukan Pialanya yang kita kejar, namun upaya maksimal dan keinginan Pemda dan masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang sejuk, kondusif, tertib, indah, nyaman, dan aman” Ungkap Iskandar dihadapan para panelis 

Inovasi

Penilaian Adipura 2015 lebih ditekankan pada inovasi dan program pengelolaan lingkungan, terutama berkait pembangunan berkelanjutan.

Aplikasi edukasi lingkungan See forest cukup menarik perhatian tim penilai pada sesi paparan ini karena merupakan inovasi pertama di bidang lingkungan yang mengajak anak peduli kepada lingkungan.

Inovasi edukasi lingkungan ini juga menjadi yang pertama di Indonesia. Untuk pemanfaatan ruang, Proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Kayuagung sudah baik, yaitu mencapai 33,6% dari luas kota.

“Standar umum RTH dengan pemukiman penduduk harus mencapai 30 persen. Di Kayuagung mencapai 33,6% ini sangat baik.” Ungkap tim penilai Prof. Ir. Johan Silas dan dra, Dienaryati T. M. PSi

Sedangkan upaya yang terus dikembangkan menurut panelis, yaitu pengelolaan sampah buangan dari kota yang tidak semuanya harus menuju ke TPA. Dengan demikian, minimal 15 sampai 25 persen sampah tersebut harus dikelola oleh kompok yang tersentral, agar beban TPA untuk menampung sampah buangan itu tidak terlalu maksimal.

Akan tetapi, ditambahkan untuk bisa mengelola sampah dengan pola seperti itu tumbuhnya minat harus datang dari warga, atau idealnya satu kelompok tersebut harus ada.
Diberdayakan oleh Blogger.