Kabupaten OKI Jadi Percontohan Restorasi Gambut di Indonesia
“Hasil yang diperoleh cukup memuaskan. Dalam waktu kurang dari 6 tahun lahan gambut bekas kebakaran yang awalnya terbuka dan kosong tanpa pepohonan, saat ini telah rimbun oleh penutupan tajuk pohon berkisar antara 50 – 70 persen” Ungkap Bupati OKI, Iskandar, SE saat menyambut Gubernur Sumsel dan Staf Ahli Menteri LHK di Hutan Plasma Nufta Sepucuk, (7/3).
Jenis-jenis pohon yang ditanam tergolong jenis-jenis pohon lokal ekosistem hutan rawa gambut, seperti Ramin, Jelutung rawa, Punak, Perupuk, Meranti, Medang klir dan jenis-jenis pohon pionir hasil suksesi alami, yaitu: Beriang, Gelam, Perepat, dan Geronggang.
“Ekosistem gambut ini bersifat menyerap air. Walaupun kemarau sifatnya mempertahankan air” Ungkap Bastoni peneliti dari Balitbang LHK Palembang.
Gubernur Sumsel, Alex Noerdin memuji langkah yang dilakukan Pemkab. OKI dan Balitbang LHK Palembang karena sudah menjadi terobosan nasional dan disorot dunia internasional melalui lembanga International Tropical Timber Organitation (ITO)
"Saya mengapresiasi apa yang dilakukan apa lagi ini sudah menjadi soroton dunia nternasional melalui ITTO, semoga dapat diterapkan di tempat lain" tegas Alex.
Alex juga menyampaikan semua pihak harus bekerja sama untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan di tahun ini.
"Pencanangan Karhutla harus Total Football, artinya tidak bisa hanya mengandalkan Pemerintah saja," ujarnya.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian Lingkungan Hidup, Agus Justianto mengatakan, kebun konservasi plasma nufta di OKI ini bisa menjadi role model nasional.
“Ini bisa menjadi percontohan. Gambut hanya dapat direstorasi dengan tumbuhan ekosistemnya. Kita akan buat seperti yang dilakukan OKI ditempat lain”pungkasnya.
Meski Kemarau Hebat, Lahan ini tidak pernah terbakar
"Saya mengapresiasi apa yang dilakukan apa lagi ini sudah menjadi soroton dunia nternasional melalui ITTO, semoga dapat diterapkan di tempat lain" tegas Alex.
Alex juga menyampaikan semua pihak harus bekerja sama untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan di tahun ini.
"Pencanangan Karhutla harus Total Football, artinya tidak bisa hanya mengandalkan Pemerintah saja," ujarnya.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Kementerian Lingkungan Hidup, Agus Justianto mengatakan, kebun konservasi plasma nufta di OKI ini bisa menjadi role model nasional.
“Ini bisa menjadi percontohan. Gambut hanya dapat direstorasi dengan tumbuhan ekosistemnya. Kita akan buat seperti yang dilakukan OKI ditempat lain”pungkasnya.
Meski Kemarau Hebat, Lahan ini tidak pernah terbakar
Setiap tahun, lahan gambut di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, dipastikan terbakar. Namun demikian sejak dibangun kawasan ini kebun konservasi ini tidak pernah terbakar sejak 2010.
“Inilah kawasan yang terbukti tidak terbakar dalam 10 tahun terakhir,” kata M. Rosidi, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten OKI, menunjuk kawasan Konservasi Plasma Nutfah Sepucuk seluas 20 hektar, yang terletak di Jalan Kayuagung-Sepucuk Km.10, Kelurahan Kedaton, Kayuagung, Kabupaten OKI.
Lokasi kebun konservasi dari Kayuagung sekitar 45 menit dari Kota Kayuagung.
“Inilah kawasan yang terbukti tidak terbakar dalam 10 tahun terakhir,” kata M. Rosidi, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten OKI, menunjuk kawasan Konservasi Plasma Nutfah Sepucuk seluas 20 hektar, yang terletak di Jalan Kayuagung-Sepucuk Km.10, Kelurahan Kedaton, Kayuagung, Kabupaten OKI.
Lokasi kebun konservasi dari Kayuagung sekitar 45 menit dari Kota Kayuagung.
Rosidi bangga akan kebun yang ditanami sejumlah tanaman khas rawa gambut itu seperti jelutung, ramin, dan meranti. Wilayah ini pada 2006 pernah terbakar, bersama ratusan ribu hektar gambut lainnya di daerah Sepucuk.
“Saat itu, dunia international menyoroti OKI karena kebakaran hebat. Tahun 2006 merupakan tahun kebakaran gambut yang cukup hebat setelah 1998,” kata Rosidi.
Setelah peristiwa tersebut, sebagian lahan gambut yang terbakar, yang kedalamannya mencapai 6 meter, menjadi perkebunan sawit, dan sebagian dibiarkan. Hanya kawasan ini dibuat menjadi kawasan plasma nutfah. “Ternyata, sampai sekarang daerah ini yang tidak pernah lagi terbakar.”
“Ini membuktikan jika kebakaran lahan gambut benar-benar ulah manusia. Buktinya, kawasan yang dijaga dari aktivitas pembakaran tetap terjaga,” katanya.
Dengan bukti tersebut, kata Rosidi, kawasan gambut di OKI yang habis terbakar dan dirambah dapat direhabilitasi. “Memang membutuhkan waktu yang panjang dan biaya besar. Tapi tetap ada peluang.”
Atas keberhasilan kebun konservasi itu, Pemerintah Kabupaten OKI berencana mengembangkan hal yang sama pada lahan gambut dengan kedalaman 1-5 meter di Kecamatan Pedamaran dan Pedamaran Timur seluas 10.000 hektar. “Rencananya bibit pohon jelutung dari sini yang akan dikembangkan. Selain tanaman khas gambut lain,” ujarnya. Dia berharap pemerintah pusat dapat menjadikan kebun relokasi ini sebagai percontohan restorasi gambut di Indonesia.
“Saat itu, dunia international menyoroti OKI karena kebakaran hebat. Tahun 2006 merupakan tahun kebakaran gambut yang cukup hebat setelah 1998,” kata Rosidi.
Setelah peristiwa tersebut, sebagian lahan gambut yang terbakar, yang kedalamannya mencapai 6 meter, menjadi perkebunan sawit, dan sebagian dibiarkan. Hanya kawasan ini dibuat menjadi kawasan plasma nutfah. “Ternyata, sampai sekarang daerah ini yang tidak pernah lagi terbakar.”
“Ini membuktikan jika kebakaran lahan gambut benar-benar ulah manusia. Buktinya, kawasan yang dijaga dari aktivitas pembakaran tetap terjaga,” katanya.
Dengan bukti tersebut, kata Rosidi, kawasan gambut di OKI yang habis terbakar dan dirambah dapat direhabilitasi. “Memang membutuhkan waktu yang panjang dan biaya besar. Tapi tetap ada peluang.”
Atas keberhasilan kebun konservasi itu, Pemerintah Kabupaten OKI berencana mengembangkan hal yang sama pada lahan gambut dengan kedalaman 1-5 meter di Kecamatan Pedamaran dan Pedamaran Timur seluas 10.000 hektar. “Rencananya bibit pohon jelutung dari sini yang akan dikembangkan. Selain tanaman khas gambut lain,” ujarnya. Dia berharap pemerintah pusat dapat menjadikan kebun relokasi ini sebagai percontohan restorasi gambut di Indonesia.