Jejak Maritim Sriwijaya, OKI Siap Punya Pelabuhan Internasional
Kayuagung -Bupati Ogan Komering Ilir H Iskandar SE menanggapi positif penemuan benda bersejarah di Teluk Cengal Kabupaten OKI yang diduga merupakan Bandar Sriwijaya. Penemuan ini menurut Orang Nomor satu di Bumi Bende Seguguk ini semakin menegaskan bahwa wilayah Kabupaten OKI layak menjadi “Bandar Sriwijaya” dalam konteks kekinian, yaitu berdirinya Pelabuhan Samudra di kawasan Tanjung Tapa, Air Sugihan, Ogan Komering Ilir yang sudah dia usulkan sejak Oktober tahun lalu.
“OKI wilayah potensial untuk pelabuhan samudra. Sejarah mengatakan demikian, berdasarkan penelitian arkeolog Pelabuhan utama Kerajaan Sriwijaya ada wilayah OKI. Saya terus (optimis) mengusulkan (Tanjung Tapa) Air Sugihan jadi pelabuhan internasional,” ungkap Bupati Iskandar, diwawancara secara eksklusif di rumah dinasnya, Jumat (8/9).
Menurut Bupati, Tanjung Tapa Air Sugihan memang layak menjadi pelabuhan samudera internasional seperti bandar Sriwijaya pada masa itu. Ditanya penemuan benda-benda peninggalan Sriwijaya di Teluk Cengal, Iskandar menjawabnya optimis
“Temuan-temuan itu penting untuk diteliti dan dikembangkan sebagai warisan peradaban Kerajaan Sriwijaya dalam bidang pelayaran dan perdagangan internasional,” ungkapnya.
Inisiatif Bupati Iskandar yang mengusulkan Tanjung Tapa, Air Sugihan menjadi pelabuhan internasional langsung mendapat respons positif dari beberapa investor di Timur Tengah. Menurut Kasubbag Media Komunikasi Publik Setda OKI, Adiyanto, tawaran tersebut disampaikan oleh pengusaha nasional asal OKI di Jakarta.
Dikatakannya, potensi Tanjung Tapa sebagai pelabuhan internasional sangat memungkinkan untuk mendukung Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-Api (TAA). "Studi kelayakan (FS) sudah dibuatkan. Dalam waktu dekat investor akan paparan dengan Gubernur dan Bupati," ungkapnya, Minggu, (10/9).
Dia mengatakan, laut dalam (deep sea) yang ada di Tanjung Tapa bisa dimasuki kapal-kapal tanker berskala besar meski dalam kondisi pasang surut. "Ke dalaman laut dan besaran gelombang itu penting bagi sebuah pelabuhan samudera. Sarana pendukung seperti jalan itu harus di-support," pungkasnya sembari menyebutkan jalan yang sudah siap, yaitu jalan Air Sugihan-Riding Pangkalanlampam-Palembang.
Terkait Tanjung Carat yang turut diusulkan sebagai pelabuhan samudera, pihaknya juga mendukung, apalagi jaraknya tidak begitu jauh dari KEK Tanjung Api-Api. Akan tetapi, butuh biaya besar untuk reklamasi laut di wilayah tersebut. "Potensial namun biayanya besar karena harus reklamasi. Kami berharap dua-duanya (Tanjung Tapa dan Tanjung Carat) bisa jadi pelabuhan internasional," tutupnya.
Diketahui, Survei yang dilakukan PT OKI Pulp and Paper sejak 2013 menyebutkan wilayah Tanjung Tapa yang berbatasan langsung dengan Selat Bangka memiliki kedalaman air (bathymetric) lebih dari 16,50 meter. Selain itu, Tanjung Tapa memiliki luas lebih dari 2.000 meter dihitung dari garis pantai Tanjung Tapa hingga ke Selat Bangka.
Berdasarkan laporan tim survei, Asosiasi Navigasi Internasional (PIANC) merekomendasikan bahwa setiap alur setidaknya harus tiga kali lebar dari kapal terluas yang menggunakan alur tersebut. Untuk lalu lintas kapal yang berpapasan satu sama lain serta memiliki kedalaman minimal 16 meter pada sudut terendah atau ketika pasang surut dan kapal dengan dalam keadaan bermuatan penuh.
Selain persyaratan pelabuhan laut tersebut, pencatatan gelombang dan arus angin juga dilakukan selama periode survei tersebut. Lokasi Tanjung Tapa dianggap terlindung dari pengaruh perubahan gelombang laut yang meningkat meski memiliki paparan angin dari timur selatan. Lokasi ini juga mempunyai catatan risiko yang rendah terhadap bencana alami seperti intensitas gema, badai tropikal dan gelombang pasang.
Wakil Direktur PT OKI Pulp and Paper, H Gadang Hartawan mengatakan penelitian itu dilakukan pihaknya bermula untuk membangun dermaga khusus bongkar muat pabrik kertas. Pihaknya akan mendukung jika Bupati Iskandar mempunyai gagasan menjadikan Tanjung Tapa sebagai pelabuhan samudera internasional. “Siapa yang mau lewat sana. Belum ada akses transportasinya. Nanti kami komunikasikan lagi dengan Pemkab,” ungkap Gadang, dikonfirmasi, Jum'at (8/9).
Diketahui, jarak Tanjung Tapa dari lokasi pabrik PT OKI Pulp, tambah dia, sekitar 65,18 km dengan 12.80 km terakhir berada di area HTI. Sebagian di areal basah sehingga memerlukan jembatan yang menghubungkan antara gudang dan container area menuju dermaga sepanjang 2,260 meter mencapai kedalaman yang diperlukan di landasan dermaga utama (16,30 m) saat surut terendah. Jembatan dibangun untuk menghindari penumbangan pohon hidup di garis pantai.
Tanjung Tapa memiliki area sepanjang 2.30 km yang masuk hutan lindung sehingga memerlukan izin khusus transit di lahan basah. Akan tetapi, manfaat yang didapat jauh lebih banyak, yakni pembangunan pelabuhan laut di Tanjung Tapa akan memberi manfaat bagi Kabupaten OKI serta mendukung KEK Tanjung Api-Api (TAA) yang kini diambil alih pusat dan dikelola Pelindo. Kemudian, Pelabuhan Tanjung Tapa juga berpotensi ekonomi masyarakat baik produksi pertanian dan perkebunan, perikanan warga di Kabupaten OKI, Banyuasin dan Pulau Bangka.
Selanjutnya, Pelabuhan Tanjung Tapa interline dengan sejumlah daerah, kondisi jenuh di Selat Malaka juga diprediksi akan memberikan keuntungan jika di tanjung tapa dibangun pelabuhan samudera. Sebab ribuan kapal melintasi Selat Malaka setiap harinya, dengan kejenuhan dan penambahan waktu layar, tentu jalur pantai timur Sumatera akan semakin dilirik.