Petani OKI Tanam Hektaran Sawah Dalam Sehari Dengan Mesin Transplanter



Kayuagung -Petani di Kabupaten OKI kembali mendapat bantuan alat canggih untuk menanam padi dari Kementrian Pertanian. Menggunakan alat tersebut petani bisa melakukan tanam padi 1-2 hektar per hari. Mesin penanam padi Otomatis atau Rice Transplanter itu diterima oleh Dinas Ketahanan Pangan, Tanam dan Holtikultura Kabupaten OKI.


"Untuk mendukung swasembada pangan nasional di Kabupaten OKI, kita baru saja mendapatkan bantuan Mesin penanam padi otomatis atau Rice Transplanter. Meski baru 1 unit, namun ini dapat dimanfaatkan oleh petani jika mereka membutuhkan dan siapapun boleh minjamnya," ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanam dan Holtikultura Kabupaten OKI, Syarifudin, SP, MSi, Rabu (22/11/2017).


Lebih lanjut dikatakannya, jika sebelumnya petani telah menggunakan mesin tanam otomatis yang digunakan dengan cara didorong, kali ini mesin tanam otomatis yang diterima cara kerjanya sama seperti mengendarai sebuah mobil. “Dengan menggunakan alat ini petani bisa tanam lebih cepat, tanpa menguras tenaga,” ujarnya.


Mesin transplanter ini akan dipinjamkan ke petani yang membutuhkan melalui kelompok untuk melakukan penanaman yang diatur oleh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).


"Jika tanam padi dengan cara manual, untuk lahan satu hektar harus memakai jasa tenaga kerja sebanyak 25 hingga 30 orang, dan menyelesaikan penanaman dalam dua hari. Sementara dengan alat transplanter ini satu orang dapat menyelesaikan penanaman padi 1 hingga 2 hektare dalam waktu satu hari," ungkapnya.


Dijelaskan Syarifudin, cara kerja alat tersebut, dengan menyiapkan bibit yang sudah layak tanam cukup dipasang di atas alat, lalu dijalankan seperti mengendari sebuah mobil, bibit padi akan tertanam dengan sendirinya.


“Seiring dengan kemajuan teknologi, khususnya dalam bidang pertanian sekarang ini, telah dikembangkan berbagi jenis mesin penanam yang dimaksudkan untuk membantu petani dalam memudahkan proses penanaman, sehingga dapat menghasilkan kinerja efektif dan efisien dengan keuntungan yang lebih besar,” ungkapnya.


Selain proses pengolahan tanah. Proses lainnya yang cukup memerlukan biaya besar adalah penanaman, terlebih lagi sistem penanaman bibit padi masih kebanyakan dilakukan dengan cara tradisional, yaitu dengan sistem tanam pindah.


“Kekurangan pada sistem tradisional ini adalah dapat mengakibatkan tertundanya waktu tanam serempak karena mengandalkan tenaga kerja manusia dalam proses penanamannya,” jelas Syarifudin.
Diberdayakan oleh Blogger.