Optimis Pulihkan Ekonomi Pasca Pandemi
Kayuagung - Pandemi Virus Corona atau COVID-19 bukan lagi masalah krisis kesehatan tapi juga ekonomi. Hal ini menjadi sebuah dilema oleh semua pemimpin di dunia dari level kepala negara sampai kepala daerah. Namun demikian optimisme bangkitnya ekonomi harus di kedepankan ditengah Covid-19 yang masih mewabah.
Untuk itu pasca focus pada penanganan
dampak kesehatan kosentrasi pemerintah ke depan pada recovery dampak ekonomi
Covid-19
Demikian dikatakan Bupati Ogan Komering
Ilir, H. Iskandar, SE saat menjadi narasumber pada Webinar “Politik Anggaran
Penanganan Covid-19: Komitmen dan Kiat Daerah”. yang digelar Program Studi
Magister Administrasi Publik FISIP Universitas Sriwijaya, Jumat (12/6).
Menurut Iskandar, harus ada upaya
ekspansi terhadap pemulihan ekonomi tersebut. Khususnya pada sektor usaha riil
pertanian, perkebunan dan UMKM.
“Covid-19 ini dampaknya signifikan
terhadap ekonomi rakyat untuk itu kita lakukan maping mana yang paling
terdampak dan mampu bertahan diterpa oleh pandemi ini” ungkapnya.
Disektor pertanian sebagai daerah
penghasil utama pangan pokok beras, OKI ungkap dia patut bersyukur karena mampu
mensuplai kebutuhan pangan
“Alhamdulilah petani kita masih bisa
surplus ditengah pandemi ini. Beras dari OKI bisa penuhi kebutuhan untuk daerah
lain” Ungkapnya.
Ditambahkan Iskandar kebijakan anggaran
penanganan Covid-19 di OKI sudah dilakukan sesuai peraturan
perundang-undangan.
“Kekhawatiran cuma satu, seberapa besar
anggaran dapat terserap. Sasaran apa yang akan dicapai. Tak lain percepatan
penangan Covid-19. Aksi apa yang akan dilakukan dalam penanganan anggaran,
hasilnya perlu kita pertanyakan. Rasio harus sesuai dengan cost,” jelas
Iskandar.
Untuk itu, disampaikan Iskandar bahwa
sejak 8 Juni Kabupaten OKI tidak ada penambahan lagi warga yang terkonfirmasi
positif Covid-19.
“Terakhir kami mendapat dari data yang
kami terima pada 25 Mei 2020. Sampai akhir ini Kabupaten OKI zero positif
Covid. Kami ingin mempertahankannya dengan cara menerapkan protokol kesehatan
dan memulihkan ekonomi,” tegasnya.
Dipaparkannya pula, Pemkab OKI telah
menyiapkan refocusing Rp 345 miliar untuk tahap kedua dari sebelumnya Rp 92
miliar pada refocusing anggaran tahap pertama. Menurut Iskandar, ketersediaan
anggaran penanganan Covid tersebut bersumber dari APBD Kabupaten OKI sebesar Rp
325 miliar, BTT Rp 1,855 miliar, dan dana desa Rp 58,102 miliar.
Meski demikian, lanjut Iskandar,
Kabupaten OKI membutuhkan dukungan kontribusi dari pemerintah pusat.
“Kami memerlukan anggaran proporsional
(dari pusat) agar dapat terserap untuk melakukan aksi, seperti dalam
meningkatkan ketahanan pangan nasional, memulihkan ekonomi” harapnya.
Sementara Ketua Badan Anggaran (Banggar)
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPRRI) Said Abdullah mengatakan
pemerintah dan wakil rakyat telah memberikan sinyal untuk berdamai dengan
Covid-19. Kebijakan itu terkait penggunaan anggaran yang telah dikeluarkan
untuk penanganan Covid-19.
“Bagaimana mengombinasikan penanganan
Covid-19 dengan pemulihan ekonomi. Kalau bertahan sampai Desember 2020, tahun
depan (2021) akan susah. Kita (Indonesia) sesungguhnya masuk pada perang dunia
ketiga melawan ‘makhluk gaib’ yang tidak tahu kapan vaksinnya ditemukan,”
ungkap Said Abdullah.
Ditegaskannya, pada kuartal ketiga,
selesai atau tidak selesai penanganan pandemi Covid-19, semua harus sepakat
untuk berdamai. Menurutnya, pemerintah daerah sudah melakukan sedemikian rupa.
Pemerintah daerah sudah membantu pemerintah pusat.
“Kita tidak bisa berkutat terus-menerus.
Ini harus diakhiri, berdamai dengan Covid. Tidak bisa tidak. Kalau Covid tidak
tertengahi, ekonomi kita hancur. Kemiskinan kita sudah naik dari 9,2
persen menjadi 11,2 persen. Kita harus berdamai. Mulai dari Presiden,
gubernur bupati/wali kota dan pejabat lainnya harus dapat mensosialisasikan
kepada masyarakat untuk hidup dalam tatanan baru. PSBB boleh dibuka, masker
jangan dibuka. Social distancing tetap dijaga,” terangnya.
Said menambahkan, sinergi antara pusat
dan daerah sebenarnya tidak pernah ada persoalan. Kepala daerah melakukan
kebijakan dan mencari lubang kosong yang tidak dideteksi dan masuk data pusat.
“Persoalan ada pada data yang tidak pernah sama. Itu yang menjadi problem yang
menghantui kita,” ungkapnya.
Sejak Perppu terkait refocusing anggaran
diterbitkan, lanjut Said, sejak itu pula peraturan berlaku. Dikatakannya, semua
sudah disiapkan anggarannya, tidak ada yang luput. “Semua diberikan stimulan.
Cuma pertanyaannya, sampai kapan kuat melakukan itu. Banggar DPR bersetuju
dengan pemerintah, kita harus berdamai dengan Covid-19. Bangsa-bangsa di Eropa
sudah melakukan lockdown tapi tidak ada hasilnya,” serunya.
Masih kata Said, pemerintah pusat dan
daerah punya keterbatasan anggaran. Meski demikian, ini harus diakhiri agar
ekonomi bisa pulih. “Bansos tidak akan membuat orang jadi kaya dan klaster
orang jadi naik. Bagaiamana dengan uang 300 ribu rakyat bisa sejahtera,”
paparnya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar