SOROT POLITIK, LIRIK JAMRUD TETAP VULGAR

KAYUAGUNG RADIO - Ciri khas kelompok Jamrud adalah lirik lagu blakblakan terhadap potret realitas kehidupan masyarakat, khususnya gaya hidup urban. “Kami sempat mendapat kecaman karena lirik kami selama ini dinilai terlalu vulgar,” kata gitaris Jamrud "Azis".

Ekspresi lirik kelompok yang mencuat dengan tembang andalan seperti Surti-Tedjo, Putri, dan Telat 3 Bulan itu pun sempat membuat Jamrud mendapat kecaman dari elemen masyarakat. Lirik ketiga lagu itu terlalu vulgar dan dianggap merusak tatanan nilai kesantunan.

Azis yang merupakan pencipta mayoritas lagu-lagu Jamrud menuturkan generasi kini bukan generasi buta dan buntu akses informasi dan realitas sekitarnya. Jamrud mencoba menyesuaikan perubahan zaman lewat cara terbuka dan blakblakan demi memotret realitas. “Buat apa kami membawakan lagu untuk sesuatu yang tak terjadi,” kata dia. “Realitas memang begitu, kami nggak mau tutupi itu.”

Kecaman sempat datang misalnya untuk lagu Surti-Tedjo dari album Ningrat (2000). Jamrud menceritakan secara gamblang perubahan gaya hidup seorang pemuda desa yang setelah merantau di kota kemudian mengenal gaya hidup West style dengan seks bebasnya.

“Kami angkat realitas itu bukan untuk jadi pahlawan atau berikan solusi,” kata dia. “Kami ingin kembalikan lagi potret itu untuk mereka pilih, terserah.”

Tapi Jamrud tetap blakblakan dalam lirik lagu album terbaru mereka Energi + dari Bumi dan Langit. Album ini diluncurkan dalam konser perdana di Yogyakarta Sabtu 7 April 2012. Bedanya, album baru Jamrud lebih serius. “Kami soroti juga politik yang makin ngawur sekarang, tapi tetap dari perspektif masyarakat awam,” kata dia.

Misalnya lagu Devil Wear Batik. Jamrud menyoroti para politikus yang suka cari aman untuk posisinya dan rajin membangun citra. Musisi berambut panjang ini menambahkan generasi saat ini adalah generasi yang harus bertahan sendiri. Mereka harus bertahan dari serbuan nilai-nilai luar yang terus masuk lewat media seperti televisi dan Internet.

Model menggurui dan berpura-pura seolah tak terjadi apa-apa dengan perubahan dinilai tak akan membuat persoalan pencarian identitas masa remaja rampung. “Kami nggak punya tujuan memperbaiki atau menggurui. Kami hanya ingin terbuka,” kata Aziz. 

sumber : tempo.co

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.