Tari Penguton Sambut Kedatangan Menteri Pariwisata
Kayuagung - Menteri Pariwisata Arief Yahya disambut Tari Penguton ketika mendarat di Bandar Udara Sultan Mahmud Baddarudin II Palembang dalam rangka kunjungan kerjanya ke ibukota Provinsi Sumatera Selatan, Selasa (12/4) di Executive Room Bandara SMB II.
Dalam kesempatan ini, Tari Penguton yang merupakan tarian asli daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), dipercaya untuk memberikan penghormatan kepada tamu kenegaraan ataupun tamu kedinasan, terlihat anggun bersahaja dengan gerak tari yang luwes dalam balutan pakaian khas tari Penguton yakni, terdiri dari baju kurung bludru tabur, kain songket, selendang songket, asesoris kepala beringin, cempako, mahkota paksangkok, dan asesoris lainnya, serta properti tepak (tempat sekapur sirih), pridon, tombak dan payung kebesaran.
Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Amiruddin SSos MSi kepada wartawan mengatakan, penampilan Tari Penguton dalam menyambut rombongan Menteri Pariwisata ini merupakan salah satu upaya untuk mengenalkan budaya daerah yang ada di Kabupaten OKI kepada masyarakat luas.
“Pagelaran tarian atau kebudayaan dari Bumi Bende Seguguk lainnya, dalam berbagai kesempatan, merupakan cara mempromosikan potensi pariwisata dan budaya, sehingga masyarakat luas pun mengetahui apa saja budaya dari daerah Kabupaten OKI,” kata Amiruddin.
Ditambahkan Amiruddin, tarian penyambutan tamu ini digelar dengan formasi 9 orang yang berasal dari Sanggar Bende Seguguk yang diasuh oleh Lindasari Iskandar. “Dalam penyambutan ini, selain menampilkan tarian Penguton, Disbudpar OKI juga menyiapkan pamflet tentang Tari Penguton secara detailnya,” tutur Amiruddin yang memiliki ciri khas senyum manisnya.
Seperti yang diketahui, Tari Penguton adalah tari adat Ogan Komering Ilir, yang dalam pelaksanaannya merupakan unsur yang menyatu dengan adat penyambutan tamu. Hal ini sesuai dengan namaya yang berasal dari bahasa Kayuagung “Uton”, berarti penyambutan.
Tari memiliki sifat resmi dan tercatat dalam naskah tua kayuagung seperti panda kitbag hokum adat dan pediment hokum adat elite yang debut oleh Poyang Setiaraja dan dibantu jurutulisnya Setiabanding Sugih.
Jumlah penarinya ada sembilan orang “Morge Siwe”. Tari ini diyakini termasuk cikal bakal tari-tarian yang ada didaerah-daerah Sumatera Selatan (Khususnya Tari Gending Sriwijaya).
Dengan menggunakan iringan musik perkusi seperti gamelan, gong, gendang yang sebagian instrumen tersebut merupakan hadiah dari Kerajaan Majapahit pada abad ke 15 dibawa oleh utusan Patih Gajah Mada.
Tari Penguton dari sejarahnya, tarian ini lahir pada tahun 1889 dan pada tahun 1920, oleh keluarga Pangeran Bakri, tarian ini disempurnakan untuk penyambutan kedatangan Gubernur Jendral Hindia-Belanda Gouverneur General Limberg Van Stirem Bets. Sejak itu tarian ini dijadikan sebagai tari sekapur sirih khas dari Kayuagung. (dob)
Dalam kesempatan ini, Tari Penguton yang merupakan tarian asli daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), dipercaya untuk memberikan penghormatan kepada tamu kenegaraan ataupun tamu kedinasan, terlihat anggun bersahaja dengan gerak tari yang luwes dalam balutan pakaian khas tari Penguton yakni, terdiri dari baju kurung bludru tabur, kain songket, selendang songket, asesoris kepala beringin, cempako, mahkota paksangkok, dan asesoris lainnya, serta properti tepak (tempat sekapur sirih), pridon, tombak dan payung kebesaran.
Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Amiruddin SSos MSi kepada wartawan mengatakan, penampilan Tari Penguton dalam menyambut rombongan Menteri Pariwisata ini merupakan salah satu upaya untuk mengenalkan budaya daerah yang ada di Kabupaten OKI kepada masyarakat luas.
“Pagelaran tarian atau kebudayaan dari Bumi Bende Seguguk lainnya, dalam berbagai kesempatan, merupakan cara mempromosikan potensi pariwisata dan budaya, sehingga masyarakat luas pun mengetahui apa saja budaya dari daerah Kabupaten OKI,” kata Amiruddin.
Ditambahkan Amiruddin, tarian penyambutan tamu ini digelar dengan formasi 9 orang yang berasal dari Sanggar Bende Seguguk yang diasuh oleh Lindasari Iskandar. “Dalam penyambutan ini, selain menampilkan tarian Penguton, Disbudpar OKI juga menyiapkan pamflet tentang Tari Penguton secara detailnya,” tutur Amiruddin yang memiliki ciri khas senyum manisnya.
Seperti yang diketahui, Tari Penguton adalah tari adat Ogan Komering Ilir, yang dalam pelaksanaannya merupakan unsur yang menyatu dengan adat penyambutan tamu. Hal ini sesuai dengan namaya yang berasal dari bahasa Kayuagung “Uton”, berarti penyambutan.
Tari memiliki sifat resmi dan tercatat dalam naskah tua kayuagung seperti panda kitbag hokum adat dan pediment hokum adat elite yang debut oleh Poyang Setiaraja dan dibantu jurutulisnya Setiabanding Sugih.
Jumlah penarinya ada sembilan orang “Morge Siwe”. Tari ini diyakini termasuk cikal bakal tari-tarian yang ada didaerah-daerah Sumatera Selatan (Khususnya Tari Gending Sriwijaya).
Dengan menggunakan iringan musik perkusi seperti gamelan, gong, gendang yang sebagian instrumen tersebut merupakan hadiah dari Kerajaan Majapahit pada abad ke 15 dibawa oleh utusan Patih Gajah Mada.
Tari Penguton dari sejarahnya, tarian ini lahir pada tahun 1889 dan pada tahun 1920, oleh keluarga Pangeran Bakri, tarian ini disempurnakan untuk penyambutan kedatangan Gubernur Jendral Hindia-Belanda Gouverneur General Limberg Van Stirem Bets. Sejak itu tarian ini dijadikan sebagai tari sekapur sirih khas dari Kayuagung. (dob)